
Doyo Baru, 9 Agustus 2025 – Sebagai warga jemaat biasa dalam lingkup GKI di Tanah Papua, saya merasa ibadah minggu etnik yang digelar setiap Minggu ke-3 menjadi pengalaman rohani yang unik, namun juga menimbulkan pertanyaan di hati. Sejak pertama kali hadir, saya melihat bahwa ibadah ini begitu semarak dengan tarian, pakaian adat lengkap, bahkan persembahan altar yang melimpah. Di satu sisi, ini menampilkan kekayaan budaya kita. Tapi di sisi lain, saya sering bertanya: apakah makna rohaninya masih terasa sama kuatnya?
Bagi saya, ibadah seharusnya menjadi momen utama untuk berjumpa dengan Tuhan. Namun, saat tarian adat berlangsung cukup lama atau ketika persembahan altar dibuat begitu besar (baik tempat maupun jumlah korban syukur) dan penuh hiasan, saya mulai merasa fokus jemaat bergeser—dari menyembah Tuhan menjadi mengagumi tampilan panggung. Saya khawatir, bila tidak dijaga, esensi rohani ibadah akan larut dalam suasana festival budaya serta ada indikasi tiap etnik akan mempersiapkan gilirannya nanti akan lebih wah dan glamour.
Saya mengerti betul, budaya adalah anugerah Tuhan yang patut dipelihara. Lagu-lagu daerah, musik akustik/tifa, dan tarian perang/penyambutan yang dibawakan dengan semangat, membuat hati bangga menjadi bagian dari Tanah Papua. Tapi saya juga berharap, kemasan budaya ini tidak mengaburkan inti dari liturgi dan pemberitaan Firman.
Bagi saya pribadi, momen paling menyentuh justru ketika doa syafaat dinaikkan dalam bahasa daerah, atau ketika lagu pujian tradisional dinyanyikan jemaat dengan penuh iman. Di situ terasa benar perjumpaan iman dan budaya—sederhana tapi sarat makna.
Pesan saya untuk gereja adalah agar ibadah minggu etnik tetap dijalankan, tapi dengan pengaturan yang bijak. Tarian dan persembahan adat boleh ada, tetapi cukup sebagai bingkai, bukan pusat perhatian. Liturgi, doa, dan firman harus tetap menjadi inti. Dengan begitu, kita bisa menjaga kekhusyukan rohani tanpa kehilangan keindahan budaya kita.
Karena pada akhirnya, ibadah bukan tentang seberapa megah panggungnya, tetapi seberapa tulus hati kita datang menyembah Tuhan.
#GKITanahPapua #IbadahEtnik #KekhusyukanRohani #BudayaUntukKemuliaanTuhan
Gagasan Awam lengkap versi PDF dapat dibaca disini https://drive.google.com/file/d/1x-iw8P8d5sxq1HUIILfWSD9RIdrTgCae/view?usp=sharing